Sayur Lodeh Gori


Buah nangka di kebun Eyang Putri, Maospati, Magetan


Sayur lodeh adalah makanan khas Indonesia, terutama bagi suku Jawa (mayoritas penduduk provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah). Saya belum berkesempatan mempelajari sejarah kuliner yang satu ini, hanya mengamati saja dari setiap peristiwa jamuan makan atau membaca sekilas dari bacaan-bacaan pendek dari berbagai sumber.

Sepertinya tidak ada pakem khusus untuk bahan baku sayur lodeh. Menurut pengamatan saya di berbagai tempat makan, mulai dari warung sederhana hingga rumah makan premium yang menyajikan masakan rumahan, sayur lodeh bisa memakai bahan apa saja sesuai selera pemasak dan pemakannya 😄

Namun, yang saya lihat paling banyak dipakai adalah gori alias nangka muda. Bahan lainnya yang bisa dimasak lodeh adalah terong atau labu siam. Saya sendiri paling suka sayur lodeh gori, apalagi kalau bisa memasaknya sendiri.

Sayur gori favoritku

Kali ini saya tidak hendak menulis resepnya. Saya hanya mengenang masa-masa ketika saya bebas menjadi penguasa dapur di rumah nenek saya, di tanah kelahiran saya. Hanya di sana saya leluasa memuaskan hobi masak, tidak seleluasa di tempat lain 🙃

Rumah Eyang Putri Soetjiati di Maospati, Magetan, dikelilingi kebun yang luas dan ditumbuhi aneka tanaman. Salah satunya pohon nangka. Sungguh kebahagiaan yang besar kalau saya sedang mudik dan mendapati buah nangka muda bergelantungan di pohon. Saya bisa masak sayur lodeh gori sepuasnya. Sekali masak sepanci besar dan tidak bosan kami bertiga--saya, Bapak, dan Eyang Putri--memakannya sampai tiga hari, selain juga dibagikan kepada tetangga dekat.

Tahun 2019 saya mudik enam kali. Yang terakhir saya berangkat dari kota tempat tinggal pada 26 Desember 2019 dan balik 6 Januari 2020. Jarak ibu kota provinsi sampai ke kampung halaman tidak begitu jauh. Naik moda transportasi favorit kereta api hanya 3 sampai 3,5 jam. Harga tiketnya pun terjangkau, paling mahal KA Sancaka sekitar 120ribu sekali jalan, sepadan dengan kenyamanan dalam kabin dan layanan penumpang. Aku rindu kereta 🚉

Ketika namanya masih Stasiun Barat, sebelum berganti nama Stasiun Magetan per 1 Desember 2019

Hari ini Sabtu (24/10/2020), hampir setahun pandemi Covid-19 melanda, belum sempat mudik lagi. Belum ada lagi kesempatan saya memuaskan hobi masak untuk Bapak dan Eyang Putri. 

Maka foto sayur lodeh gori (Juni 2019) ini menjadi kenangan, yang semoga masih akan berulang setelah pandemi mereda.

Aktivitas masak bagi saya tidak perlu dibuat sulit. Bahan baku sayur gori dari kebun sendiri ditambah beberapa bahan lain yang bisa dibeli di pasar terdekat, dan bumbunya bisa pakai bumbu instan merek R*c*k 😄 saya bisa bikin enak sekali dengan tambahan ulegan tempe khas Maospati (tempe satuan berbungkus daun jati atau daun pisang). Sebagian orang (mungkin cukup banyak orang) suka memakai tempe yang hampir busuk atau bahkan sudah busuk 🤢 yucks). Bagi saya lebih aman tempe segar dan sedikit MSG (saya tidak anti-MSG). 


Tempe kampung (belum sempurna) yang bikin kangen


Tidak boleh dilewatkan juga pupus jati (daun jati muda) dan daun jambu biji yang dimasukkan ke kuah sayur menjelang matangnya. Warna merah kecokelatan dari daun jati akan mempercantik tampilan sayur gori, juga menambah cita rasanya 😋 daun jati dan jambu biji juga dari kebun sendiri.


Tectona grandis


Di kota besar, sulit mendapatkan daun jati dan daun jambu biji untuk bahan penyedap masakan 🙂

Jadi, kapan bisa masak-masak lagi untuk ayah dan nenek tersayang? Pandemi Covid-19, cepatlah usai.







Comments

  1. Jangan lodeh pancen oye. Toss dulu lah aku jg ga anti MSG 🤭😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wong Jawa ra mangan jangan lodeh ki trus piye ngono ya 😆

      Delete

Post a Comment